Perjalanan hidup kita memang masih panjang, dimana setiap pertemuan pasti ada perpisahan, disetiap kesenangan pasti ada kesedihan. Perjalanan ini penuh rintangan yang menguras tenaga dan pikiran, namun kita harus tau Allah SWT tidak akan memberi cobaan diluar kemampuan hambanya. Allah SWT memberikan cobaan agar kita selalu mengingat-Nya dan menjadikan kita sebagai pribadi yang tangguh dan lebih dewasa. Namun karena cobaan hidup yang kadang kerap menimpa membuat rasa syukur kita terhadap-Nya seringkali terabaikan.
Allah Ta’ala berfirman:
“Jika kalian bersyukur maka akan Aku tambahkan nikmat-Ku untuk kalian” (Qs.Ibrahim: 7), itulah salah satu janji Allah SWT didalam Al-Qur,an.
Detik demi detik telah berlalu, dimana aku akan segera menginjak bangku SMP. Semenjak SD aku mendambakan sesuatu, namun sesuatu itu belum terkabulkan, aku tau Allah pasti akan mengabulkan doa-doaku atau bahkan Allah akan menggantikan do’aku dengan sesuatu yang lebih baik dari pada yang kuinginkan.
Sekarang aku telah menginjak kelas 7 SMP dan bersekolah di SMP Islam yang berada dikotaku. Sejujurnya aku masih enggan berpisah dengan teman-teman, apalagi dengan mengikuti asrama disekolah membuatku harus jauh dengan keluargaku. Namun dengan begitu aku akan bisa menjadi sosok yang lebih mandiri dan tentunya jika aku tidak bersekolah disini maka isi cerita ini tidak akan sama.
Hari ini cuacanya mendung, matahari tertutup awan-awan tebal. Aku mulai memasuki kelas bersama dengan teman-teman yang lain. Memang saat itu aku belum terlalu hafal nama-nama mereka, tapi aku sudah mempunyai teman dekat, namanya adalah Sela. Hari-hari kami isi dengan tawa yang membuat kami merasa semakin dekat. Namun entah mengapa beberapa minggu kemudian Sela semakin lama semakin menjauh dariku, atau mungkin ini hanya perasaanku saja?
Kesedihanku tumbuh dimana saat dia sudah tidak mempedulikanku yang ada di sini, Sela telah menggantikan diriku dengan teman barunya dan sekarang dia jarang pergi bersamaku ”Aku tahu dia adalah teman barumu, namun bukan berarti kau bisa mengabaikan teman lamamu”, kataku dalam hati.
Sejujurnya aku memang sangat menyayangi Sela, menganggapnya seperti saudara sendiri. Tapi aku mempunyai suatu kesalahan dalam hal ini, yaitu karena aku hanya dekat dengan Sela, itu membuatku jarang dekat dengan orang lain. Sudah lama aku sendiri dan merasa terabaikan, aku sudah lelah menangis, sebenarnya ini adalah waktu yang tepat untuk bisa berteman dengan orang lain.
Aku sedang duduk termenung di taman dekat asrama, memikirkan segala masalah yang ada dalam benakku. Tiba-tiba ada seseorang yang mendekatiku.
“Dek Afi, kenapa kok diem aja dari tadi?” Tanya ustadzah sambil tersenyum,
”Kalau dek Afi punya masalah bilang aja ya sama ustadzah, anggap saja seperti keluarga sendiri.”
Akupun mengangguk sambil tersenyum,
”Jadi begini Dzah, saya punya teman, dia sudah kuanggap seperti saudara sendiri, kami berdua dekat. Namun, semenjak dia punya teman baru, aku seperti terlupakan.”
“Dek Afi tenang aja nggak perlu sedih, masih banyak kok teman yang lain. Kalau Ustadzah lihat sebenarnya ada banyak sekali yang mau berteman sama kamu.”
”Mumpung masih ada di asrama, siapa tau dek Afi semakin dekat dengan teman-teman baru yang ada di sini.” Jawab beliau membuatku senang.
Sekarang aku telah berusaha untuk berteman dengan yang lain dan memang benar, aku punya banyak teman sekarang. Aku telah sadar mungkin aku mendapat cobaan seperti ini karena Allah sayang Afi, sehingga sekarang Afi punya banyak teman yang baik.
Afi telah memaafkan Sela, dia tetaplah temanku, aku tidak membencinya bahkan aku sangat menyayanginya, karena dengan semua itu aku menjadi sadar bahwa kita harus berteman dengan yang lain juga.
Malam telah tiba, waktunya mengistirahatkan tubuh kita yang sudah bekerja keras untuk hari ini. Walaupun kami lelah, kami tetap dibiasakan berusaha bangun untuk menunaikan sholat tahajud. Kalian tau? Melaksanakan sholat tahajud di sepertiga malam adalah waktu yang tepat untuk berdoa.
Di tengah keheningan malam membuat setiap muslim lebih khusyuk dalam berdoa, sehingga diyakini do’a mudah untuk dikabulkan. Allah Ta’ala berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku pasti Aku kabulkan untuk kalian” (Qs.Ghafir: 60)
Beberapa bulan kemudian. Langit tampak cerah memperlihatkan matahari yang bersinar memamerkan senyumannya. Kewajiban dalam belajar akan kami lalui lagi pagi hari ini. Kelasku sudah diramaikan oleh para membernya.
Setelah aku menaruh tas di kelas, aku segera menuju teras dan duduk di sebuah bangku dengan Dela. Kemudian kami berbincang-bincang,
”Eh Afi! Tau nggak kalau bakalan ada lomba?” Tanya Dela.
”Ya taulah, di kelas udah rame kaya gitu, gimana akunya nggak tau.” Kataku sambil tertawa,
“Dengar-dengar sih akan ada olimpiade nasional.” Dela mengangguk-angguk, sambil bertanya, ”Mau ikut nggak kamu? Kalau aku sih rencananya mau ikut, apalagi nanti kalau kita lolos di tingkat kabupaten bisa lanjutin ke Surabaya.” Akupun tersenyum dan mengangguk.
Pagi berganti malam dan seterusnya, tak terasa olimpiade seKabupaten akan dilaksanakan besuk tepatnya pada hari Ahad. Aku sudah merasa belajar cukup baik, jadi hari ini akan kugunakan untuk beristirahat.
Hari ini aku akan bertempur menghadapi soal-soal olimpiade. Karena hari ini aku sedang berada di rumah, jadi aku diantar ke lokasi oleh kedua orang tuaku. Sesampainya di sana ternyata sudah ada banyak orang yang menunggu. Jam telah menunjukkan waktu yang telah ditentukan. Aku segera memasuki kelas, berdoa, dan mulai mengerjakan soal.
Beberapa minggu setelahnya. Aku sedang berada di masjid sekolah. Sebelum aku pergi ke kelas ada seseorang yang menyapaku namanya Umi. Dia memberi tahuku tentang hasil dari lomba kemarin dan ternyata aku, Dela, Umi, juga kebanyakan teman-teman di sekolah lolos di tingkat Kabupaten. Setelah ada pengumuman hasil lomba, aku dan teman-teman yang lolos akan dibimbing oleh pihak sekolah.
Lagi-lagi waktu untuk lomba di tingkat Provinsi besuk akan dimulai. Kami diantar sekolah menggunakan mobil dan bus. Namun kami harus menelan kenyataan bahwa kami terlambat sampai lokasi, sebab kami terkena macet ditengah jalan.
Waktu terus berjalan, kami sudah selesai mengerjakan soal-soal itu, namun aku tidak terlalu yakin dengan jawabanku sendiri karena soalnya terlalu sulit bagiku. Tugas kami di Surabaya ini telah usai, saatnya kami untuk kembali, tapi sebelumnya kami beli oleh-oleh dulu di sebuah mall.
Kami telah sampai di mall dan segera turun, aku bersama dengan teman-teman yang lain pergi mencari barang ditemani oleh ustadzah. Sebagian besar kami pergi ke Gramedia untuk membeli buku dan juga alat tulis. Namun saat akan kembali kami tersesat. Ustadzah pun sudah bertanya jalan keluar pada security, dan kenyataannya security menjawab dengan ketus bahwa jalan keluarnya ada banyak, alhasil kami mencari sendiri pintu keluar tersebut.
Saat ini kami memang sudah menemukan jalan keluar, namun bukan pada posisi awal sebelumnnya. Di sisi lain, ustadku lupa dimana beliau memarkirkan mobilnya. Beliau sedang berusaha mengingat dan mencarinya.
Kami telah menunggu sekitar setengah jam disana, aku sempat berpikir bahwa kami disini tidak akan pulang. Tiba-tiba ada security yang datang menanyakan apa yang telah terjadi. Kamipun lantas menceritakannya. Dengan cepat security itu paham akan maksud kami.
Security baik hati tersebut langsung mencari rombongan kami dan akhirnya kami bertemu dengan rombongan dari sekolah. Mobil yang dikendarai oleh ustad kami juga telah ditemukan. Setelah itu kami berpamitan pulang, tak lupa juga mengucapkan terimakasih kepada pak security yang telah membantu.
Hari-hari telah berlalu, kami telah kembali dari Surabaya dan dimana hari itu telah menjadi kenangan yang tersimpan di dalam hati kami masing-masing. Hasil dari lomba tersebut telah datang, pada kenyataannya aku tidak lolos dalam tingkat provinsi ini, walaupun begitu aku aku tetap bersyukur telah bisa merasakan pergi keluar kota namun dengan sebuah prestasi.
Setelah itu kami menjalani aktivitas belajar seperti biasa sampai akhirnya ada berita tentang COVID-19 yang telah memasuki Indonesia dan juga menyebar ke kotaku. Pemerintah meliburkan sekolah selama berbulan-bulan. Aku telah kembali ke rumah. Aku sudah sangat bosan di rumah.
Aku mengambil HP dan membuka sebuah postingan. Di sana terdapat info tentang adanya grup daring yang mengadakan acara menulis. Tanpa menunggu lama akupun langsung ikut bergabung. Alasanku ikut sebenarnya ada banyak sekali, salah satunya karena dari kecil aku sudah tertarik di dunia tulis menulis ini dan juga ini adalah salah satu keinginanku semenjak SD
Kita tidak tau skenario seperti apa yang telah Allah rancang untuk kita. Yang pasti skenario Allah memang indah. Mungkin kita pernah merasa bahwa seringkali terjadi sesuatu yang tidak sesuai apa yang kita harapkan, tidak jarang diri ini tidak mampu menahan emosi yang muncul, namun disitulah letak nikmat dari ujian-Nya.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui,” (Qs. Al-Baqarah: 216).
*) Rifda Salsabila Purnama, penulis adalah santriwati Ar Rahmah Boarding School.
Kembangkan bakatmu
semangat terus dek rifdaa